Kamis, 08 Januari 2009

Selamat Datang. Wahai Generasi Bangsa, Katakan TIDAK untuk Freesex!

Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Daya tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naluri seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Berbagai kota besar amat menjanjikan kemudahan bagi para kaum mudanya. Diskotik, pusat perbelanjaan, pusat-pusat hiburan merupakan ajang pertemuan kaum muda dengan segala pernak-perniknya. Kehidupan yang penuh gejolak ini seringkali membuat kaum muda kepada "perilaku seks bebas" bahkan "menyimpang".
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja dimanapun didunia ini. Kehamilan remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat, merupakan akibat buruk petualangan cinta dan seks yang salah disaat remaja. Tidak jarang masa depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah cinta dan seks.
Proses interaksi lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri, namun berpacaran sehat adalah sesuatu hal yang sulit dilakukan oleh remaja sekarang, karena melarang mereka untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya bukanlah hal yang mudah harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan.
Freesex dapat dikatakan sebagai penyakit yang telah menjakiti 75% dari 100% remaja di Indonesia, Perilaku seks bebas telah terjadi di lingkungan anak jalanan di kota metropolitan ini . Perilaku seperti ini dilakukan oleh anak jalanan yang berumur 18 tahun ke bawah, karena karena faktor lingkungan yaitu hidup bebas. Selain itu, tidak jarang pula ada anak di bawah umur yang telah ketagihan berkencan dengan Penjaja Seks Komersial (PSK). Namun, ada sebagian dari mereka adalah korban sodomi oleh orang dewasa. Namun. Contohnya, Wandi (10), seorang anak jalana dari Bandung ini mengaku pernah disodomi oleh pria dewasa di salah satu kawasan di Bandung. ”Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena dia badannya besar dan jika tidak mau, malah diancam. Kejadian ini tidak menimpa saya saja, tapi juga kebanyakan rekan kami. Tapi karena seringnya dibegitukan, akhirnya ada teman saya yang sudah ketagihan,” lanjutnya. Dari contoh ini dapat kita tangkap bahwa ada beberapa anak yang pada awalnya adalah korban mungkin pada akhirnya akan menjadi pelaku, karena sesungguhnya mereka telah merasa nyaman dengan perilaku “paksaan” yang terjadi pada diri mereka.
Ketua LSM Saudara Sejiwa, Agus Noor Alamsyah, menjelaskan para korban tersebut kini sedang dibinanya. ”Kami berbuat semaksimal mungkin untuk memperbaiki mental mereka. Dan kami hanya mengandalkan biaya dari bantuan Dinsos Jabar dan Kota Bandung, karena tidak mungkin mengandalkan dari orang tua korban. Tidak hanya anak jalanan saja yang terjangkit “virus” freesex ini, namun anak-anak metropolitan yang terbilang cukup mempunyai pendidikan yang layak sekalipun saat ini telah menjadi pemuja “virus” yang merugikan ini. Diapat kita lihat dari salah satu contoh kasus yang terjadi di Indramayu.
Ditemukanya kembali Video porno berdurasi sekitar 3,5 menit yang beredar luas di masyarakat Indramayu melalui handphone (HP). Dalam tayangan syur itu, sepasang remaja ini tampak beradegan intim layaknya suami istri. Rekaman mesum itu juga terkesan lebih ‘istimewa’ dari yang beredar sebelumnya. Sebab jika diperhatikan secara seksama, adegan porno kedua pasangan belia ini jelas direkam oleh pihak ketiga. Misalnya, rekaman tersebut diambil dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Hal ini tentu tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pasangan ini. Keduanya jelas mengetahui pengambilan gambar tersebut. Dalam tayangan itu, sang wanita masih mengenakan baju seragam SMP. Berbagai adegan mesum yang dilakukan, juga tampak sudah biasa dilakukan pasangan ini. Penelusuran yang dilakukan detikcom menyebutkan, adegan mesum itu dilakukan oleh L dan J. Masing-masing siswi kelas I dan Siswa kelas II SMA 1 Sindang, Indramayu. Video porno itu sudah beredar sejak beberapa waktu lalu. (freesex/Video Porno Remaja Indramayu Weblog bukan webgoblog.htm-13/9/2008 pkl.18.00 WIB)
Menurut dr Boyke Dian Nugroho, SpOG MARS jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini mencapai 500-600 ribu orang dimana 40% diantaranya remaja berusia 15-10 tahun. Yang mana 30% diantaranya dikarenakan oleh perilaku seks bebas.
Sejumlah penelitian yang dilakukan terhadap para remaja menunjukkan kecenderungan revolusi perilaku remaja dalam urusan seks. Seperti hasil survei Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15 - 24 tahun) di kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan, September 2004. Hasilnya, 44% responden mengaku mereka sudah pernah punya pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16% lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun. Selain itu, rumah menjadi tempat paling favorit (40%) untuk melakukan hubungan seks. Sisanya, mereka memilih hubungan seks di kos (26%) dan hotel (26%).
Penelitian mutakhir dilakukan oleh Dr Rita Damayanti saat meraih program doktoralnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ia meneliti 8.941 pelajar dari 119 SMA atau yang sederajat di Jakarta, tahun 2007 lalu. Hasilnya, sekitar 5% pelajar telah melakukan perilaku seks pra nikah.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan perilaku remaja dalam urusan seks adalah masuknya budaya barat ke negara berkembang seperti Indonesia. Banyaknya media remaja yang getol menyajikan budaya Barat semakin mendekatkan remaja pada kehidupan serba boleh (permissif ) alias bebas berbuat selama nggak ganggu orang lain. Termasuk dalam urusan seks. Karena di beberapa negara Barat, perilaku seks bebas remaja memang sangat tinggi. Pitchkal (2002) melaporkan bahwa di AS, 25% anak perempuan berusia 15 tahun dan 30% anak laki-laki usia 15 tahun telah berhubungan intim. Di Inggris, lebih dari 20% anak perempuan berusia 14 tahun rata-rata telah berhubungan seks dengan tiga laki-laki. Di Spanyol, dalam survei yang dilakukan tahun 2003, 94,1% pria hilang keperjakaannya pada usia 18 tahun dan 93,4% wanita hilang keperawanannya pada usia 19 tahun. (Iwan Januar, ’Sex Before Married?’, 2007).
Dilihat dari norma Pancasila yang berlaku Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Alasan para remaja melakukan hubungan seksual tersebut adalah karena semua itu terjadi begitu saja tanpa direncanakan.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya. Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan anak-anak remaja sangat kurang, dan mereka cenderung menpunyai rasa penasaran yang sangat tinggi, keadaan seperti sungguh sangat bertentangan dai segi pancasila yang dianut oleh bangsa ini.
Kurangnya perhatian orangtua menjadi salah satu faktor yang menyebabkan freesex berkembang dikalangan remaja. Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatu kewajaran.
Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi. Seorang wanita lebih cendrung berbuat nekat (pendek akal) jika menghadapi hal seperti ini. Seperti pendapat salah satu pemuka agama di Indonesia, yaitu AA Gym
Bebera faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu; Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman. Dari beberapa kasus diatas dapat dilihat betapa berbahanya pergaulan anak remaja saat ini, baik anak jalanan maupun anak yang terbilang memiliki pendidikan yang layak sekalipun. Karena itulah disini kami akan membuat semacam kegiatan atau usaha demi menghimbaunya bahaya freesex.